Hati dan Sosok

Hai, hati, apa kabar?

Iya, aku mau bercurah lagi.

Hari ini, kacau. Bukan hari ini saja sebenarnya.
Tapi mungkin hati yang sudah remuk, tidak mampu lagi menampung semuanya.
Bukan tak ingin kutuangkan. Namun sampah itu terlalu kotor. Entah dimana yang mampu menampungnya.

Tapi mungkin kita bisa berkias disini. Jadi, setidaknya sedikit terkurangi.

Dimulai dari dua tahun lalu. Di awal tahun. Ada sosok yang menawarkan diri, untuk menampung hati. Dia bilang, "Aku mencintaimu karena kekuranganmu"

Yah, dasarnya memang hati. Begitu mudahnya jatuh.

Semua memang diawali dengan indah, bukan? Seperti cerita-cerita roman picisan.
Berbait-bait voice note berisi lagu cinta kerap menyapa. Menyatakan betapa beruntungnya sosok itu.
Berjam-jam obrolan renyah setiap hari.

Hati, seperti biasa, menyatakan agar si sosok tidak terburu-buru. Terlebih, mereka baru bertemu dalam 3 bulan kalender. Hati juga menyatakan bercak-bercak di permukaannya. Bahwa hati itu tidaklah mulus.

Lalu, perlahan, semua mulai berubah. Si sosok mulai terluka oleh duri dari hati. Dan hati mulai terluka oleh cengkraman si sosok.

Hingga akhirnya.

Wujud sosok terkoyak. Dan hati remuk.

Hati memutuskan pergi.

Karena tidak tau caranya agar sosok tak lagi terkoyak sehingga hati tidak remuk oleh genggamannya.

Hati yang sudah remuk itu, memutuskan untuk sendiri. Pelan-pelan menggabungkan kembali serpihan-serpihannya.

Tak lama, sosok baru tiba. Menawarkan perekat, untuk membantu.
Hati, seperti biasa, menyatakan adanya duri di permukaannya.
Sosok ini, merekatkan dari jauh.
Tapi tak lama, dia bertemu dengan hati lamanya, dan mengambil kembali perekatnya.

Tinggallah hati disini. Merekatkan semuanya kembali, perlahan.

Komentar